Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Ia juga merupakan konsep diri tentang individu (Maxwell Maltz dalam Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality). Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita.
Menurut Mahali (2005),riset
menunjukan bahwa kepribadian kita merupakan manifestasi sisi luar dari citra
diri kita. Semua kegiatan dan perasaan selalu taatasas dengan hal itu. Ia
semacam pilot dan sistem bimbingan otomatis yang mengendalikan dan
memprogramkan kita apakah akan berhasil atau gagal mencapai tujuan tertentu.
Citra diri sangat dipengaruhi oleh performa kita sendiri. Sementara citra diri
memengaruhi perilaku dan perilaku memengaruhi performa. Citra diri dapat
membatasi prestasi kita; apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Dengan kata
lain kita dibatasi hanya oleh keterbatasan citra diri.
Citra diri positif seseorang
membuat dirinya berharga di mata orang lain. Contohnya antara lain citra
tentang kejujuran, ketegasan, wibawa, dan sikap tanpa kompromi dengan
ketidakadilan. Orang yang memiliki citra diri seperti itu relatif mudah untuk
mencapai tujuan yang diinginkannya. Simpati orang lain selalu tertuju padanya.
Akibat lanjutannya citra diri memacu antusias hidup yang bersangkutan.
Sementara itu banyak dari kita
yang gagal mencapai keberhasilan hidup yang lebih baik karena lemahnya
(negatif) citra diri kita. Jadi bukannya karena faktor kurangnya kemampuan dan
bakat. Citra diri yang lemah akan berakibat lanjut pada harga diri yang lemah.
Mereka yang tergolong seperti ini selalu merasa dirinya tidak bernilai dalam
mengarungi kehidupan. Motivasi dan semangat hidupnya pun rendah. Selalu
dikungkung perasaan gagal. Mereka merasa menjadi korban masa lalu yang tidak
sukses. Dan tidak jarang orang lain bakal menegurnya, ”mengapa anda selalu
merasa canggung berhadapan dengan orang lain”?
Untuk mengembalikan citra diri
yang rendah, yang pertama sebaiknya kita rajin mengevaluasi diri. Pahamilah
unsur-unsur penting yang membentuk diri kita sebenarnya. Apa kekuatan dan
kelemahan diri kita? Seberapa jauh kita meyakini diri kita sendiri. Kemudian
”lawanlah” setiap citra diri kita yang lemah.Kurangilah aspek-aspek yang
menyebabkan citra diri kita lemah dengan cara memahami mana perilaku baik dan
mana yang buruk. Ubahlah citra diri lemah menjadi citra yang kuat lewat upaya
berpikir sukses ketimbang berpikir gagal. Dengan kata lain jangan rendah diri.
Tidak ada salahnya kita membuat daftar pemikiran negatif dan positif yang
ditulis dalam kartu.Lalu secara periodik tengok dan renungkanlah makna setiap
isi daftar tersebut dari perspektif yang baru. Tentunya untuk membangun citra
diri dalam kehidupan nyata. Pada gilirannya jadikanlah diri kita sebagai
sahabat terbaik bagi semua orang.
Pengertian
Citra Diri
Gambaran umum tentang diri kita. Mirip
kumpulan foto dalam berbagai Situasi (saat sendiri, bersama orang lain, dahulu
dan sekarang). Citra Diri juga merupakan Kesimpulan dari pandangan kita dalam
berbagai peran (sebagai anak, Mahasiswa, staff, manager) atau merupakan
Pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita rasa ada pada kita (setia,
jujur, bersahabat, judes, dll).
CITRA DIRI = Pandangan
yang kita buat tentang diri kita sendiri
A.
Konsep Diri dan Nilai Diri
Nilai diri adalah pandangan kita tentang harga
atau kewajaran kita sebagai
pribadi.
pribadi.
Nilai diri melibatkan penilaian dan evaluasi
diri.Misalnya sukses atau tidak, kompeten atau tidak
Nilai diri ibarat PAPAN NAMA yang kita pampang di diri kita, sehingga orang lain bisa melihatnya, sebab nilai diri memantul pada sikap tubuh, ekspresi wajah, nada suara, dan perilaku kita.
Orang lain akan menilai dan memperlakukan diri kita sesuai dengan kita sendiri menilai diri kita
Orang lain akan menghargai diri kita sejauh kita menghargai diri kita sendiri
Nilai diri ibarat PAPAN NAMA yang kita pampang di diri kita, sehingga orang lain bisa melihatnya, sebab nilai diri memantul pada sikap tubuh, ekspresi wajah, nada suara, dan perilaku kita.
Orang lain akan menilai dan memperlakukan diri kita sesuai dengan kita sendiri menilai diri kita
Orang lain akan menghargai diri kita sejauh kita menghargai diri kita sendiri
Tanda-Tanda Nilai Diri
yang Rendah
Rasa
Kepekaan yang berlebihan
Rasa kebencian yang membara
Obsesi bekerja keras, tanpa mempedulikan orang lain
Menutupi perasaan, baik negatif maupun positif
M Perfeksionis, maunya serba sempurna
Keinginan berlebih untuk menyenangkan orang lain
Kaku (tidak fleksibel)
Suka marah – marah
Depresif (perasaan marah terhadap diri sendiri)
Rasa kebencian yang membara
Obsesi bekerja keras, tanpa mempedulikan orang lain
Menutupi perasaan, baik negatif maupun positif
M Perfeksionis, maunya serba sempurna
Keinginan berlebih untuk menyenangkan orang lain
Kaku (tidak fleksibel)
Suka marah – marah
Depresif (perasaan marah terhadap diri sendiri)
B.
Konsep Diri dan Percaya Diri
Percaya Diri tidak sama dengan Egoisme atau
kesombongan
Percaya Diri :
Sikap mau menerima diri sendiri apa adanya,
menghargai diri sendiri, bangga terhadap diri sendiri dan percaya terhadap
kemampuan diri sendiri, berani mengakui siapa dirinya serta bahagia dan
bersyukur atas diri sendiri.
Egoisme :
Sikap mementingkan diri sendiri, menuntut
bahwa orang diri kita harus didahulukan melebihi orang lain. Egoisme tidak
peduli pada orang lain
Kesombongan Diri :
Sikap menunjukkan atau menonjolkan sesuatu
yang sebenarnya tidak ada pada dirinya.
C. Aku
Cerdas (I am Smart)
Howard Gardner penemu Multiple Intelligences,
mengatakan semua anak cerdas, tidak ada yang bodoh apalagi idiot. Tetapi
masyarakat hanya memandang dan mendewakan dua kecerdasan saja, yaitu kecerdasan
bahasa dan logika-matematis.
7 Kecerdasan dan
Bentuknya
- Kecerdasan musik*, kemampuan membedakan pola titi nada, melodi, ritme dan nada
- Kecerdasan logika-matematika,* kemampuan untuk menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan melakukan hipotesa serta menyelesaikan operasi-operasi matematis
- Kecerdasan Gerakan Badan atau Kinestetik*, kemampuan untuk menggerakkan obyek dan ketrampilan fisik halus
- Kecerdasan Bahasa*, kemampuan untuk berpikir dlm bentuk kata dan menggunakan bahasa utk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks
- Kecerdasan Visual Spasial atau Ruang,* kemampuan untuk berpikir dalam tiga dimensi, mengenali detail suatu obyek, dan mengekspresikannya dalam bentuk gambar atau lukisan
- Kecerdasan Antarpribadi atau Sosial,* kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama secara efektif
- Kecerdasan Intrapribadi,* kemampuan untuk membuat persepsi akurat tentang diri sendiri, dan menggunakan pengetahuan itu untuk mengarahkan diri sendiri secara efektif
John Powell,
Untuk
bertumbuh & berkembang, kita perlu memangun citra diri yang positif
Diri
kita tidak seburuk yang kita sangka, sehingga kita perlu menelusuri akar
atau sumber yang menyebabkan citra kita yg negatif, terutama pengalaman masa kecil
atau sumber yang menyebabkan citra kita yg negatif, terutama pengalaman masa kecil
Perasaan yang sering menghantui kita : aku
tidak berharga dan tidak pantasü dicintai sebab kita
merasa diri bukan siapa-siapa
Persepsi bahwa diri kita sebagai seseorang
yang berharga dan pantasü dicintai penting untuk pengembangan diri
kita. Keyakinan bahwa kita adalah seseorang yang berharga dan pantas dicintai
membentuk kepercayaan diri kita
Persepsi positif tentang diri kita juga
berpengaruh pada relasi kita denganü orang lain
Berdamai dengan Diri
Sendiri
• Kalau mau jujur, kita semua merasa tidak
puas dengan diri kita. Ada seribu satu alasan yg kita ungkapkan
• Ada jurang antara yang kita harapkan atau
yang idealkan tentang diri kita dengan kenyataannya.
• Ini menyebabkan perang di dalam diri kita.
• Kita perlu berdamai dengan diri kita =
menerima diri (bersikap Realistis)
John Powell, mengatakan ada dua pribadi dalam
diri kita
o Sisi buruk, terluka, marah,
menjengkelkan
o Sisi baik, penuh perhatian, cinta
kasih, kebaikan, pengertian
Unsur – unsur yang
membentuk Citra Diri :
a. Keluarga, dari orang tua, kita menerima pengaruh
keturunan terhadap
kepribadian misalnya : tubuh, kecerdasan, watak, pola pendidikan
kepribadian misalnya : tubuh, kecerdasan, watak, pola pendidikan
b.Masyarakat, media-media yg menyediakan berbagai macam
informasi serta norma yg berlaku di masyarakat umum mempengaruhi pola pikir dan
perilaku kita yang berdampak pada pembentukan konsep diri
c.Teman Sebaya, ungkapan-ungkapan yg digunakan yg digunakan,
perlakuan & penilaian oleh teman menjadi acuan dlm menilai diri sendiri.
Perbedaan-perbedaan antar pertemanan sering menjadi tolak ukur yg penting dlm
menbangun konsep diri
d.Pengalaman dalam
kehidupan selanjutnya, mis :
pengalaman berhasil atau gagal, dicintai atau dijauhi orang.
Kabar baiknya !!! Citra Diri bukanlah bawaan,
sesuatu yang diwariskan atau ditentukan secara biologis. Citra diri berkaitan
dengan pikiran kita, maka citra diri dapat berubah dan berkembang menuju yang
positif asal kita mau mengupayakannya.
Pembentukan citra diri
merupakan gabungan dari potensi diri yang dirumuskan dalam IQ, EQ, dan SQ
(Intuititive Ability dan Value ) yang dipengaruhi oleh latar
belakang (motif dan citra) juga dipengaruhi oleh dimensi waktu yang nantinya
akan menghasilkan Visi (Wisdom dan Irfan). Secara sederhana
pembentukan citra diri dan konsep diri dapat digambarkan sebagai berikut:
Citra diri pada awalnya merupakan konsep diri
yang digabungkan dengan peran sosial seseorang. Dari konsep diri inilah,
kemudian terbentuk sikap dan perilaku diri seseorang. Hasil pembentukan
citra diri ini secara kasat mata dapat dilihat dari pola perilaku atau
kebiasaan kita yang merupakan gabungan dari keterampilan, pengetahuan, dan
sikap. Konsep gabungan ini yang kemudian dikenal dengan kompetensi.
Konsep pola perilaku ini secara signifikan
ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang
lain terhadapnya. Jadi penekananya adalah pentingnya respon orang lain yang
diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber data primer mengenai diri
sendiri.
Perwujudan dan pembentukan citra diri
dilakukan untuk bisa mengenali diri sendiri dan membedakannya dengan orang
lain. Kesadaran seperti ini tidak hanya berlaku secara individual saja
tetapi dalam wujud kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil, selalu
mempunyai identitas kelompok yang berbeda dengan crowd (kerumunan).
Sebagai contoh, satu bangsa misalnya Indonesia mempunyai lambang-lambang
kenegaraan, bendera merah putih yang membedakannya dengan bangsa lain, Lagu
Indonesia Raya, Burung Garuda, dan sebagainya yang kesemuanya merupakan
atau menandakan identitas diri.
Salah satu tolak ukur dalam konsep diri
adalah penghargaan diri yaitu perasaan anda mengenai nilai diri (self
worth). Penghargaan diri dapat dikaitkan dengan penampilan fisik,
kecerdasan, sifat, dan sebagainya dalam keanggotaan kelompok yang kesemuanya
bersifat subjektif. Boleh jadi tidak ada kaitan sama sekali antara keadaan
sesungguhnya dengan perasaan mengenai nilai diri sendiri (Sternberg dan
Kolligian, 1990).
Jika kita yakin diri kita bernilai dan
berharga, maka cara membawa diri, putusan yang kita buat, harapan-harapan kita,
akan mencerminkan penilaian tersebut dan orang lain pun cenderung melihat kita
dengan cara yang sama. Jika kita berhasil memiliki keyakinan yang kuat
terhadap kemampuan kita, kita tidak akan membiarkannya jatuh sekalipun orang
lain meragukan kemampuan kita. Kita akan menggunakan setiap kesempatan untuk
memperbaiki diri dan tidak akan membiarkan orang lain menjatuhkannya.
Orang yang percaya diri sendiri mengetahui betul keterbatasan dirinya dan
bekerja sebatas kemampuannya. Mereka mempelajari cara-cara yang dapat digunakan
untuk memperbaiki kelemahan tanpa harus terpuruk ke dalamnya.
Jangan remehkan kemampuan
diri kamu, nanti kamu akan diremehkan oleh kemampuan itu sendiri. Jangan
berpuas diri hanya menjadi orang nomor dua, jadilah nomor satu
(Masrukhul Amri)
Anda adalah apa yang anda pikirkan
mengenai diri anda
Ingatlah selalu bahwa orang lain melihat
kedalam diri kita sama seperti apa yang kita lihat ke dalam diri kita.
Jadi, kalau kita:
·
menganggap
diri kita sebagai mahasiswi yang tidak pintar, maka orang lain juga akan
menganggap diri kita tidak pintar.
·
menganggap
diri kita sebagai orang yang tidak menarik, maka orang lain juga akan
menganggap diri kita tidak menarik.
·
menganggap
diri kita sebagai seorang sekretaris yang tidak cekatan, maka orang lain juga
akan menganggap diri kita sebagai sekretaris tidak cekatan.
Sebaliknya, jika kita:
·
menganggap
diri kita sebagai manusia yang penuh percaya diri, maka orang lain juga akan
menganggap diri kita sebagai manusia yang penuh percaya diri.
·
menganggap
diri kita sebagai orang yang layak diperhitungkan, maka orang lain juga akan
menganggap diri kita layak diperhitungkan.
·
menganggap
diri kita sebagai sekretaris yang profesional, maka orang lain juga akan
menganggap kita seorang sekretaris yang profesional.
David J Schwartz menyatakan bahwa:
Cara Anda berpikir menentukan cara Anda
bertindak
Untuk mendapatkan respek dari orang lain,
anda terlebih dahulu harus berpikir bahwa anda layak mendapatkan respek. Dan
semakin besar respek yang anda miliki untuk diri anda, semakin besar pula
respek yang diberikan orang lain kepada anda.
Jadi ringkasnya:
1. Tampil penting; ini membantu Anda berpikir
penting. Penampilan Anda berbicara kepada Anda. Percayalah, penampilan ini
mengangkat semangat Anda dan membangun kepercayaan Anda. Penampilan Anda
berbicara kepada orang lain. Pastikan penampilan Anda mengatakan, ’ini dia
orang penting; pandai, berhasil dan dapat diandalkan’.
2. Berpikirlah pekerjaan Anda penting; maka Anda
akan melaksanakan pekerjaan Anda jauh lebih baik. Kalau Anda berpikir bahwa
tugas-tugas perkuliahan adalah penting, maka yakinlah bahwa Anda akan
mengerjakan sebaik-baiknya.
3. Beri diri Anda percakapan pendek pemberi
semangat beberapa kali sehari. Misalnya; “Pada saat ujian nanti saya akan
mendapatkan nilai yang paling baik” atau “saya bisa menyelesaikan kuliah tepat
waktu”.
4. Di dalam semua situasi kehidupan, bertanyalah
kepada diri sendiri, ’Apakah ini cara orang penting berpikir?” kemudian taati
jawabannya.
Menurut Anis Mata, ada tiga tingkatan konsep diri yaitu :
1. Aku diri: Aku seperti yang aku pahami.
Ini adalah cara kita mempersepsi diri. Setiap
kita memiliki pemahaman seperti itu adanya. Ada pemahaman yang terbentuk secara
tidak sadar, tetapi setiap kita mengetahui, bahwa kita ini seperti yang kita
pahami.
2. Aku Sosial: Aku seperti yang dipahami oleh orang lain
yang ada di sekitar aku. Cara orang memahami kita juga mempengaruhi diri
sendiri.
3. Aku Ideal: Aku yang aku inginkan.
Ada orang yang begitu kuat keyakinan tentang
aku idealnya. Aku idealnya yang tidak memiliki korelasi yang kuat dengan aku
diri disebut pemimpi.
Materi Pembekalan Pendampingan Desa, 2015
Kami juga menjual dan mempunyai artikel yang lain: